Namanya sering muncul di rublik ekonomi Majalah Panji Masyarakat tahun 1970-an di bawah asuhan Buya Hamka. Muchlis Harun namanya. Ia banyak menulis tentang ekonomi bahkan zakat. 

Namun dalam kesehariannya, Muchlis Harun menjabat di LAZ Bamuis BNI. Berbagai jabatan dipegang, mulai Ketua badan pengurus hingga penasihat. Ia mengurusi zakat sampai akhir hayat.

Associate Expert dan Direktur Akademizi Nana Sudiana mengungkapkan, Mukhlis Harun mencintai profesi amilnya, bekerja keras membawa Bamuis BNI terus sukses dan berkembang. Ia juga terus belajar memperbaiki kelembagaan Bamuis BNI.

“Di tengah semangatnya yang terus menyala untuk membesarkan Bamuis BNI, akhirnya Allah memanggilnya untuk kembali keharibaannya. Ia meninggalkan kita semua para amil untuk kembali kepada Rabb-nya, Allah SWT,” ungkap Nana, Senin (15/5/2023).

Nana meminta generasi muda mencontoh semangat Muchlis Harun dalam mengurusi zakat. “Kitalah yang muda harus terus merawat nyala spiritnya Pak Mukhlis Harun ini dalam memajukan gerakan zakat Indonesia,” paparnya.

Selain itu, peraih alumni UMY Award ini mengatakan, amil adalah amanah, sekaligus peluang dakwah. Dengan amanah ini pula, terbuka kesempatan membantu banyak orang walau bukan dengan harta sendiri yang dimiliki. Namun menjadi amil pasti juga ada batasnya.

“Sampai kapan batas pastinya menjadi amil, tentu saja sampai takdir dari Allah memutuskannya. Namun tetap saja kita harus punya jawaban yang sifatnya manusiawi, mau sampai kapan atau mau sampai kondisi yang seperti apa kita akan berhenti menjadi amil?” tanya Nana.