Amil Sejati
August 18, 2023 2023-08-18 17:41Amil Sejati
Amil Sejati
Oleh: Nana Sudiana (Direktur Akademizi, Associate Expert FOZ)
Amil zakat di tanah air sangatlah banyak. Namun, tidak demikian dengan amil sejati yang tak banyak jumlahnya. Mereka tekun dan terus menerus bekerja, walau kesenyapan memerangkap mereka dalam menjalani hari-hari yang dilewatinya. Mereka terus bekerja, mengejar hari, melewati satu demi satu persoalan-persoalan dunia amil zakat. Mereka tidak mengeluh apalagi berteriak marah ketika regulasi yang ada membuat mereka bekerja lebih keras dan lebih giat lagi.
Mereka ibarat ada di kedalaman bumi, menumbuhkan akar secara perlahan hingga lembaga-lembaga yang mereka bangun bisa kokoh dan siap menghadapi apa pun musim dan cuaca di langit biru yang terbuka. Lembaga-lembaga yang mereka kelola pun tak takut melewati badai demi badai yang sengaja atau pun tak sengaja diciptakan untuk menguji bahkan mengerdilkan eksistensi amil.
Badai boleh saja berlalu, bisa saja sang badai sendiri bosan menghampiri dan tak membuahkan hasil untuk memangkas dan mengerdilkan dedaunan dan cabang organisasi yang terus tumbuh dan bermekaran.
Badai boleh saja menyiapkan strategi baru, yang akan mencerabut akar lembaga hingga bisa diterbangkan angin dan jatuh entah ke mana. Badai mungkin berprasangka bahwa urusan masa depan mereka terletak di eksistensi dan kedudukan lembaga. Badai lupa bahwa ada kekuatan maha dahsyat yang menopang seluruh akar hingga ranting lembaga yang ada, yaitu pengabulan Tuhan atas doa orang-orang yang lemah dan sesiapa pun yang teraniaya dalam hidupnya.
Mereka, orang-orang lemah ini, punya frekuensi luar biasa untuk terhubung dan mengundang hadirnya kekuatan maha dahsyat untuk mengokohkan, membantu menguatkan, dan memberi energi pertumbuhan yang dahsyat, tak pernah mengenal berhenti dan tak terbatas adanya.
Mereka orang-orang lemah, yang di mata manusia tampak tak berdaya dan hina, ternyata menjadi perantara yang sangat baik bagi diijabahnya doa-doa yang mungkin selama bertahun-tahun dipanjatkan tapi tak jua mampu terangkat ke langit dan mengetuk pintu Rahmat-Nya. Fenomena seperti ini kadang diluputkan oleh amil-amil baru, yang memang belum lama menyelami dunia amil zakat.
Demi menyukseskan target Organisasi Pengelola Zakat (OPZ), segala jurus dan tip mereka lakukan. Namun, mereka melupakan meminta mustahik-mustahik yang tak berdaya untuk membantu mengetuk pintu langit dan memohonkan agar segala harap dan cita-cita terangkat ke langit dengan berbalas pengabulan dan ijabah-Nya.
Bahwa ada lembaga-lembaga yang hebat, acap mendapatkan award dan penobatan populer dalam sejumlah survei dan persepsi publik, semua ini sejatinya hanyalah “bonus” yang tak boleh sedikitpun mengurangi spirit pengabdian dan keikhlasan yang terus harus dijaga dan ditegakkan. Memang tidak salah bila lembaganya semakin populer, maka akan semakin banyak masyarakat yang berdonasi.
Namun, kepopuleran dan jumlah donasi yang besar tak selalu linier di setiap lembaga. Urusan menyumbang mungkin saja in line dengan popularitas lembaga, namun urusan berzakat bisa jadi berbeda. Sejumlah muzaki kadang punya pendapat berbeda. Mereka kadang merasa iba dan bersimpati pada lembaga lembaga kecil dan baru berdiri dibanding dengan lembaga mapan yang sudah besar dan kokoh pondasinya. Di sisi lain, makin besar penghasilan maka pada saat yang sama mendorong mereka ingin membantu beberapa lembaga.
Mereka ingin menyebarkan kebaikannya pada banyak lembaga. Karena itu, tak ada jaminan mesin lembaga yang canggih, marketer yang hebat-hebat, dan pengorganisasian pun kokoh nyaris tanpa cela, lantas menjadikan mereka yang terbaik selaku amil sejati Amil sejati justru merasa cemas hatinya ketika lembaganya terus membesar dan tumbuh semakin kuat. Mereka sadar bahwa godaan yang ada tidaklah semakin kecil dan melemah. Justru angin tantangan semakin kencang dan tekanan dari berbagai arah pun semakin kuat, dan bisa jadi mendorong lembaganya jatuh ke dalam jebakan rumit.