Lembaga Zakat Harus Memiliki Kemampuan Transformasi
June 20, 2024 2024-06-20 11:41Lembaga Zakat Harus Memiliki Kemampuan Transformasi
Lembaga Zakat Harus Memiliki Kemampuan Transformasi
Oleh: Nana Sudiana (Direktur Akademizi, Associate Expert FOZ)
Transformasi ini penting bagi organisasi apa pun yang ingin terus eksis dan bisa terus tumbuh hingga masa yang panjang. Dalam konteks marketing. Seth Godin dalam bukunya, Purple Cow, mengajarkan bahwa marketer tidak hanya membuat strategi marketing yang baik tapi juga membuat sesuatu yang baru dan luar biasa sehingga orang mencarinya. Inilah kata kunci pentingnya sebuah organisasi bisa terus eksis, yakni terus dicari orang.
Tentu saja orang mencarinya karena ada kebutuhan yang tak bisa tergantikan. Di sinilah tantangannya, semakin sebuah organisasi masuk ke kerumunan, maka semakin ia mudah ditinggalkan dan yang paling menyedihkan adalah mudah untuk dilupakan. Semakin penting, unik, dan menjadi solusi yang tak tergantikan, maka umur organisasi akan semakin panjang.
Di dunia zakat terkini, boleh jadi kini ada ribuan lembaga zakat. Mereka dengan mudah bisa dijumpai di mana pun di pelosok negeri ini. Bahkan, bila masyarakat ke mal atau ke masjid-masjid terkenal di kota-kota besar, para amil akan mudah pula dijumpai di sana. Pertanyaannya, seberapa Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) kita berbeda dari yang lain di benak masyarakat? Dan value apa yang menjadi keunikan atau kekhasan yang dimiliki?
Di tengah tantangan lembaga zakat yang semakin tak mudah, kemampuan transformasi lembaga ini semakin penting kedudukannya. Transformasi sendiri adalah kemampuan beradaptasi terhadap perubahan zaman.
Ia diperlukan bukan hanya untuk menjawab dan terus mendorong pertumbuhan organisasi tapi juga untuk berdiri tegak dalam memberi kemanfaatan bagi banyak orang. Yang urgen dari transformasi adalah menjaga agar perusahaan atau organisasi bisa terus memastikan dampak positif dan kemanfaatannya bagi kehidupan, baik pada hari ini maupun masa akan datang.
Tantangan transformasi digital di era Revolusi Industri ke-4 memang mengaburkan batasan antara dunia fisik, digital, dan biologis, namun ia tetap harus dilewati dan diberikan solusi agar justru tidak menghambat laju bisnis atau organisasi.
Bagi OPZ, proses transformasi dari sistem konvensional ke arah digital sesungguhnya tak terlalu sulit dilakukan. Yang diperlukan justru adalah bagaimana transformasi ini bisa tetap harmoni dan ada pada kendali yang memadai dalam relasi muzaki-amil-mustahik. Relasi yang ajek ini harus tetap dikelola dengan baik agar kesinambungan proses lembaga zakat terus bisa kelembagaan yang lembaga yang berbasis teknologi informasi dan bergerak menuju telekomunikasi, tetap diselaraskan untuk bisa menjaga agar OPZ bisa terus survive dan meningkat kualitasnya.