Industri Zakat Perlu Pijakan yang Kokoh
May 10, 2024 2024-05-10 13:23Industri Zakat Perlu Pijakan yang Kokoh
Industri Zakat Perlu Pijakan yang Kokoh
Oleh: Nana Sudiana (Direktur Akademizi, Associate Expert FOZ)
Persoalan dunia zakat sejatinya tak mudah diatasi secara sendiri- sendiri oleh OPZ. Butuh semangat kebersamaan yang kuat sehingga masalah yang ada dapat dipecahkan dengan lebih mudah. Persoalan- persoalan tata kelola, penghimpunan zakat, pendayagunaan serta pengelolaan SDM, semua ini barangkali menjadi persoalan dapur masing-masing organisasi yang bisa selesai di lingkungan internal.
Namun, soal-soal seperti standardisasi, sertifikasi amil, serta regulasi dan perbaikannya demi penyempurnaan dunia zakat Indonesia, tentu tak bisa diselesaikan sendiri. Diperlukan kekuatan bersama dan eratnya gandengan tangan satu sama lain untuk terus meningkatkan kualitas gerakan zakat Indonesia. Kalau zakat disebut sebagai industri, karena masih sangat mudanya industri ini, maka diperlukanlah peletakan dasar-dasar pengelolaan industri ini untuk memiliki pijakan yang kokoh bagi eksistensi dan pengembangan ke depan.
Gerakan zakat tak berdiri dalam ruang hampa, ia hadir di tengah seluruh logika sisi manusiawi sebuah gerakan yang dipelopori dan dikerjakan oleh sekelompok manusia. Segala kelebihannya tentu diiringi dengan kelemahan dan kekurangan. Pun segala kesempurnaan yang ingin diletakkan dalam road map masa depan zakat Indonesia, tentu tak luput dari keterbatasan cara pandang dan daya nalar para peletak batu gerakan. Kebersamaan dan harmoni yang sedang dibangun gerakan zakat ini tentu tak elok bila apa-apa lantas diukur dari konsep untung-rugi.
Harus diakui, memang tak semua komponen dan unsur dari gerakan zakat Indonesia dapat peran yang sama, berada di garda depan perubahan setiap bagian yang dikerjakan. Apakah karena perannya yang tak sama itu lantas kita merasa pantas sebagai pihak yang dirugikan bahkan merasa tak ada gunanya bergabung dalam kebersamaan di gerakan zakat Indonesia yang sedang dibangun? Rasanya terlalu naif bila sebuah ide dasar kebersamaan lantas diukur dengan timbangan untung-rugi.
Betapa banyak hal dalam hidup ini yang tak melulu harus ditakar dengan konsep untung-rugi. Kalau dalam hidup ini semuanya diukur dengan untung-rugi, untuk apa sejumlah orangtua rela mempertaruhkan nyawa dalam mencari nafkah demi kelangsungan hidup keluarganya?
Kembali ke pesan utama Bapak Proklamator kita terkait holopis kuntul baris. Jadi, saatnya kini kita bergandengan tangan dalam untaian kebersamaan dalam bahu-membahu menyelesaikan setiap masalah yang ada. Segala perbedaan dan cara pandang yang tak sama, jangan pernah dianggap menjadi ancaman dan sumber perpecahan.
Sebaliknya, semua ini justru memacu kita untuk memperkuat dialog ayat tersebut begini. Wahai Nabi, katakan kepada mereka bekerjalah untuk dunia, akhirat, diri dan umatmu. Karena yang akan dinilai adalah pekerjaanmu, bukan alasan yang dicari-cari, pun bukan pengakuan bahwa Anda telah berusaha secara maksimal.
Kebaikan dunia dan akhirat pada hakikat bergantung pada perbuatan Anda Allah mengetahui sekecil apa pun dari perbuatan tersebut, maka Allah menyaksikan apa yang Anda lakukan dari kebaikan maupun keburukan. Karenanya, Anda harus senantiasa waspada akar kesaksian Allah, baik itu berupa amal maupun berupa niat, tidak ada yang terlewatkan. Semuanya tampak bagi-Nya. Oleh sebab itu Anda harus senantiasa menyempurnakannya (itqan), ikhlas, dan mengikut petunjuk Nya dalam menjalankan ketaatan sekecil apa pun.”
Kini semakin jelas bahwa amil bekerja bukan untuk pengakuan melainkan untuk menjaga kemanfaatan dan kualitas amalnya.