fbpx

Blog

7 Hal Penting dalam Marketing Zakat

_DSC9555 x
Uncategorized

7 Hal Penting dalam Marketing Zakat

Spread the love

Oleh: Nana Sudiana (Direktur Akademizi)

“Good marketing makes the company look smart. Great marketing makes the customer feel smart” – Joe Chernov

Hingga hari ini, gap potensi zakat dengan realisasi capaiannya masih lebar. Prosentasenya masih teramat kecil bila keduanya disandingkan. Untuk bisa terus menggali potensi yang ada dan memperkecil gap, selain diperlukan sosialisasi dan edukasi untuk calon muzaki baru, dibutuhkan pula kemampuan marketing agar potensi zakat ini bisa terkelola dengan baik.

Sebagaimana kita tahu, fungsi marketing bagi sebuah organisasi ini amat penting. Karena dari marketing inilah akan memberikan dampak yang besar bagi kelangsungan hidup organisasi di masa yang akan datang.

Marketing sendiri awalnya melekat tak terpisahkan dari kegiatan bisnis sebuah perusahaan. Kini marketing dan seluruh turunannya telah pula diadopsi di dunia zakat.

Secara proses, antara spektrum bisnis dan zakat tak mengalami perbedaan signifikan. Toh pada dasarnya, marketing di kedua hal tadi memiliki kesamaan tujuan yakni, merupakan sebuah kegiatan untuk dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan kepuasan para konsumen dengan berbagai cara, seperti membuat produk, menentukan harga, tempat penjualan dan melakukan promosi dari produk tersebut.

Di aspek bisnis maupun zakat, marketing bisa diartikan juga sebagai sebuah kombinasi antara aktivitas-aktivitas yang saling berhubungan dalam usaha untuk mengetahui apa saja yang dibutuhkan oleh para konsumen, sehingga organisasi atau perusahaan akan dapat mengembangkan produk, harga, pelayanan dan melakukan promosi dalam rangka untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut dan bisa mendapatkan keuntungan.

Dari definisi umum tadi, kita bisa meliihat marketing memang sudah memiliki hubungan yang sangat erat dengan sebuah aktivitas organisasi atau perusahaan dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan adanya peran marketing, dalam dunia zakat, maka pihak muzaki tidak perlu mengelola zakatnya sendiri. Muzaki cukup mendelegasikan atau memberi amanah pada Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) yang ada untuk meneruskan harapannya agar zakat yang ia tunaikan bermanfaat untuk para penerimanya dan efisien dari sisi implementasinya.

Muzaki melalui perantara para marketer zakat, atau amil-amil yang tugasnya layaknya marketer di dunia bisnis, dapat mengkomunikasikan keinginan dan harapannya akan kemana arah harta yang ia titipkan melalui OPZ yang ada. Muzaki pada dasarnya bisa menyerahkan total, terserah lembaga mau dibuat untuk program apa donasi atau zakat yang ia tunaikan.

Bisa pula ia menyampaikan keinginannya agar harta yang ia amanahkan. Misalnya sebagian-nya digunakan untuk program tertentu. Ia dapat saja menunjuk program ekonomi, kesehatan atau lainnya.

Pada perkembangannya, marketer zakat kini telah bermetamorfosis dengan baik. Mereka bukan hanya dibekali dengan kemampuan lobi, komunikasi, presentasi dan juga public speaking yang baik, para marketer juga kini rata-rata telah dibekali sejumlah bahan-bahan atau penjelasan program-program kerja lembaga zakat masing-masing yang dikemas dan dibuat dengan sangat baik dan elegan. Modal inilah yang semakin membuat para marketer semakin percaya diri untuk  bertemu dan berkomunikasi dengan calon muzaki maupun dengan muzaki lama.

Para marketer zakat, telah mengerti betul dengan peran penting mereka sebagai gerbang pembukan yang akan melakukan pertukaran informasi atau komunikasi dengan para muzaki atau calon muzaki yang akan mengamanahkan hartanya. Mereka menyadari dengan jalan melakukan marketing secara optimal maka akan dapat menghasilkan penghimpunan lembaga yang lebih maksimal pula bagi organisasinya. Kemudian apabila hal tersebut terjadi, maka tidak heran apabila organisasi akan mengalami perkembangan yang baik dan bisa meraih kesuksesan  yang selama ini telah direncanakan.

Dari cerita tadi, kita tahu soal marketing ini harus selalu diperhatikan dan dikawal pimpinan OPZ agar hasilnya bisa terus tumbuh dengan baik. Pimpinan OPZ juga harus serius untuk memaksimalkan marketing atau pemasarannya dari waktu ke waktu.

Untuk mendukung dalam memaksimalkan marketing, maka para pimpinan OPZ setidaknya harus mengetahui beberapa hal penting yang menyangkut persoalan marketing ini. Guna menyederhanakan luasnya pembahasan mengenai marketing yang kompleks, minimal tujuh poin penting ini bisa dikuasai oleh para pimpinan OPZ agar bisa terus melibatkan diri dan mengawal proses marketingnya dilembaga masing-masing.

Pertama, Membaca Pola Marketing

Di balik kejadian rutin sehari-hari, baik dalam soal komunikasi maupun khususnya mengenai marketing. Sesungguhnya selalu ada pola yang bisa ditemukan dalam sebuah transaksi acak sekalipun. Kemampuan membaca pola yang baik ini harus dikuasai pimpinan OPZ ketika ia ingin masuk lebih dalam ke sebuah ceruk pasar baru, maupun ketika ia ingin lebih mengoptimalkan pasar yang telah ia masuki.

Pengetahuan dan keterampilan ini menjadi strategis, karena nantinya akan bermuara pada misalnya bisa menemukan pola atau trend pada muzaki. Jelas ini akan sangat menguntungkan OPZ masing-masing.

Bila kita telah mahir, kita akan menemukan jawaban kenapa seorang muzaki platinum misalnya tidak suka hadir ketika diundang dalam acara atau program tertentu. Sebaliknya ia sangat bersemangat bila diajak berpetualang ke tempat-tempat jauh hanya untuk program yang tampak kecil dan sederhana, apalagi tak ada media dan publikasi di lokasi acara.

Kemampuan mengidentifikasi pola-pola yang ada penting bagi komunitas marketing yang kita bangun. Dengan kemampuan ini, kita bisa mengarahkan tim marketing untuk bisa lebih efektif dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan muzaki maupun calon muzaki.

Membaca trend yang berkembang di lingkungan kelas menengah muslim misalnya, ini juga penting dilakukan. Agar kita bisa masuk dan diterima menjadi bagian dari dunia mereka. Salah satu ekspektasi mereka dalam hal apa saja misalnya soal kemudahan.

Maka bagi OPz yang memiliki kemampuan marketingnya baik, secepatnya ia membangun sistem marketing digital berbasis kemudahan layanan. Apa pun keperluan muzaki, seperti update informasi, pilihan layanan dan transaksi, maupun kecepatan dan kemudahan mendapat laporan bisa dipenuhi OPZ dengan baik dan cepat.

Kedua, Buatlah Goals Lembaga yang Jelas

Kampanye marketing habis-habisan tetap hasilnya bisa tidak sesuai bila sejak awal OPZ tidak punya goals yang jelas dalam organisasinya. Goals sendiri bermakna target atau sasaran akhir yang ingin dicapai dari sebuah objective/tujuan yang telah ditetapkan OPZ.

Pencapaian target ini sendiri ada, selalu berafiliasi atau berhubungan dengan objective organisasi. Objective organisasi dengan begitu, sudah harus ditetapkan sejak awal agar apa-apa yang akan dilakukan akan terarah dan fokus. Jadi, kembali ke soal marketing, secara sederhana bahwa goals (target) adalah pasangan dari tujuan (objective).

Makanya bila kita tak jelas targetnya sejak awal, akan menyulitkan aktivitas marketing yang akan dibangun. Apalah gunanya kampanye marketing yang penuh dengan ide gila tapi tidak membantu klien mencapai tujuannya. Seorang marketer bukan hanya  bertugas membuat strategi marketing yang kreatif tapi juga efektif membantu customer yang dalam hal ini muzaki.

Sejak awal OPZ harus menunjukan goals-nya yang serius bahwa lembaganya memang berniat sungguh-sungguh untuk membantu meningkatkan kualitas kehidupan mustahik. Proses ini, bila secara konsisten ditunjukan (tanpa bermaksud pamer/ riya) maka akan jadi marketing yang sangat baik.

Cara ini juga akan mampu secara langsung meningkatkan loyalitas muzaki. Beberapa OPZ kadang gagal melakukan hal ini karena sejak awal tak terlihat goals-nya dalam mengelola OPZ-nya. Sebagai pimpinan OPZ, silakan pelajari lebih banyak contoh-contoh kasus di dunia bisnis yang korelasinya terlihat kuat antara goals dengan marketingnya.

Dari sana nanti, bisa ditemukan ide-ide utama yang jadi kunci keberhasilan marketing dengan implementasi goals. Sebagai pimpinan OPZ kadang kita lupa bahwa bisnis zakat ini sejatinya bisnis relasi sosial kemanusiaan.

Marketing yang dibangun pun harus yang membuktikan relasi yang kuat antara kesungguhan berbuat untuk umat dengan cara komunikasi yang rendah hati, humanis dan tanpa menonjolkan diri secara dominan atas peran-peran serta inisiatif yang dilakukan pada sejumlah program yang dikomunikasikan. Publik dan muzaki sesungguhnya amat respek pada lembaga yang helpfull dan smart dalam berkomunikasi.

Ketiga, Pahami Muzaki dengan Benar

Organisasi pengelola zakat janganlah kecil hati bila dapat komplain muzaki. Sesungguhnya komplain-komplain ini adalah proses peningkatan lembaga yang harus dilalui. Muzaki yang komplain pada sebuah OPZ sebenarnya adalah aset penting organisasi.

Terdengar aneh bukan? Tapi itu benar. Kebanyakan muzaki yang tidak puas jarang menyampaikan keluhan mereka dan tanpa sepengetahuan kita, tiba-tiba mereka sudah berpindah donasi atau zakatnya ke OPZ lain.

Sementara dengan komplain yang kita terima dari muzaki, kita dapat mengevaluasi dan meningkatkan pelayanan dan program yang kita miliki. Karena itulah mengapa tadi kita sampaikan bahwa muzaki yang mau komplain adalah aset penting organisasi.

Memang tak semua muzaki merasa senang dan puas dengan layanan kita, pun tentu tak semua bersedia mengungkaplan apa yang dirasakannya pada kita. Untuk itulah kita harus mampu memahami dengan benar siapa sebenarnya muzaki kita.

Apa latar belakang dan soal-soal apa saja yang muzaki tidak sukai dari organisasi atau layanan yang kita miliki. Memang perlu keseriusan untuk bisa mengetahui dengan baik apa dan siapa masing-masing muzaki kita sehingga kita bisa memberikan layanan yang sesuai dengan mereka dan bisa pas pula ketika menghadapi mereka.

Keempat, Miliki Strategi yang Jitu

Sampai dengan hari ini, banyak lembaga zakat yang menganggap marketing atau pemasaran adalah jualan, padahal pengertian dari pemasaran sendiri tidak semata jualan. Pada dasarnya setiap OPZ harus memikirkan strategi marketing apa yang harus dijalankan oleh para marketer lembaganya.

Di tengah makin ketatnya kompetisi antar OPZ, sebuah lembaga harus memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan OPZ lainnya. Termasuk keunggulan di sini adalah dari sisi strategi marketingnya. Hal ini dilakukan agar lembaganya bisa berbeda dari kompetitor sekaligus mampu mendapatkan nilai tambah atas program yang dijalankan lembaganya.

Dalam menyusun dan mendesain strategi pemasaran OPZ, seorang pimpinan OPZ harus mampu mengetahui dengan baik apa keinginan dari konsumen sehingga OPZ-nya mampu menghadirkan produk atau program yang diinginkan oleh muzaki dan calon muzaki. Untuk sampai ke arah sana, peta atau pola marketing yang telah di jelaskan di awal tulisan tadi menjadi sangat relevan untuk dibuat dan digunakan.

Dari peta muzaki, misalnya ditemukan kecenderungan bahwa ternyata menurut muzaki program yang dimiliki OPZ dinilai tidak mampu memberdayakan dhuafa, maka segeralah evaluasi program tadi. Bila ada kekurangsempurnaan atau malah memiliki banyak kesamaan dengan program sejenis yang dimiliki OPZ lain, maka diperlukan langkah inovasi demi mendapatkan produk terbaik.

OPZ akan sulit berkembang jika amil atau pengelola zakatnya tidak mengetahui bagaimana caranya memasarkan suatu produk. Bertambah parah jika pimpinan OPZ-nya ternyata tak punya strategi marketing untuk dijalankan oleh para marketer zakatnya.

Strategi marketing bukan semata urusan penambahan jumlah donasi, tapi ia lebih dari sekedar itu, yakni untuk  membangun hubungan dengan muzaki dan stekholders zakat lainnya. Selain itu, strategi marketing juga bisa menerapkan strategi customer retention sehingga konsumen OPZ yang dalam hal ini disebut muzaki bisa menjadi loyal dan tidak berpindah ke lembaga lainnya.

Strategi marketing zakat juga bermanfaat untuk mengkomunikasikan tentang informasi produk yang dihasilkan kepada muzaki, dan masyarakat secara umum. Strategi marketing ini juga akan mengedukasi muzaki dan calon muzaki agar memahami dan mau bekerja sama demi tercapainya kebaikan bersama.

Kelima, Kuasai Sosial Media

Marketing lewat sosial media tak bisa dihindari oleh siapa pun yang berharap bisnisnya dikenal dan menjangkau semakin banyak orang. Termasuk marketing zakat sekali pun, ia dituntut menyesuaikan diri memasuki pemasaran di sosial media.

Awalnya memang hal ini belum terlalu signifikan, namun seiring waktu, kehadirannya bahkan bisa mengalahkan durasi waktu seseorang sebelumnya di depan televisi. Sosial media ini sangat efektif dalam konteks menghadapi persaingan bisnis, apa pun itu sektor bisnisnya.

Hal ini antara lain karena massifnya informasi mengenai produk (program), harga yang dipromosikan serta info-info penting lainnya yang ditawarkan. Dengan media yang terbatas, orang-orang dengan cepat bisa menerima info yang singkat dan interaktif.

Info dan keterangan lainnya diperlukan sesuai kebutuhan konsumen. Ini jadinya sangat menghemat konten sosialisasi dan kampanye, karena setiap konten hanya memuat point-point pokok saja, sisanya mengikuti kebutuhan masing-masing sesuai yang diharapkan. Platform sosial media seperti Facebook, Twitter, Instagram, Whatsapp maupun lainnya, semakin hari menjadi semakin luas penggunaannya dan massif.

Orang-orang juga semakin mudah mempercayai kontent informasi yang ada di dalamnya. Media seperti bilboard/baliho, brosur dan iklan di media arus utama, kini secara perlahan mulai ditinggalkan.

Perusahaan-perusahaan besar pun mulai memasuki era memenangkan persaingan bisnisnya melalui sosial media dengan efektif. Mereka secara serius merekrut banyak orang yang tepat untuk tim sosial media mereka, termasuk untuk urusan sosialisasi dan kampanye brand, bahkan mempromosikan secara konsisten mengenai produk, harga, spesifikasi singkat dan gambar-gambar atau foto produk-produk mereka secara atraktif.

Kini dunia zakat pun tak ketinggalan, telah ada pergeseran secara serius dari marketing offline menuju online lewat berbagai macam sosial media yang tersedia. Banyak OPZ mulai menginvestasikan orang-orang terbaiknya untuk melakukan marketing zakat melalui sosial media, salah satunya dengan terus memunculkan kontent-kontent kreatif dan tidak biasa dalam melakukan sosialisasi dan kampanye lembaganya masing-masing.

Keenam, Go Digital

Marketing sampai kapanpun tetap saja penting. Ujaran marketing is a blood of company atau disebut juga sebagai darah organisasi masih tetap berlaku. Walau perkembangan marketing mulai bergeser, dari offline menuju online, tujuan dan maksud utama marketing secara mutlak tak bergeser banyak.

Dalam konteks digital, tentu saja diperlukan strategi yang tepat, baik sasaran, kontent maupun cara wan waktu pengkomunikasian dengan calon muzaki. Bagi lembaga zakat, tetap saja tantangannya tak berubah banyak, yakni bagaimana zakat bisa semakin dipercaya lembaganya dan semakin diyakini bisa membawa perubahan bagi penerima zakatnya.

Tantangan ini harus bisa dijawab dalam platform digital yang dimiliki OPZ. Bila hal ini gagal disajikan, maka dampaknya akan berimbas pada adanya dua kerugian besar.

Pertama masyarakat jadi memiliki alasan semakin kuat untuk menyalurkan sendiri pada para mustahik zakat. Dan kedua, masyarakat, khususnya muzaki bisa saja memberikan vonis bahwa zakat adalah urusan penting tapi tak bisa mengikuti zaman. Dengan situasi ini, zakat dianggap gagal menyesuaikan jaman dan akan makin tertinggal dalam perkembangan kehidupan masyarakat sekarang.

Marketing digital ini bagi OPZ amat penting posisinya. Selain menunjukan eksistensi dunia zakat secara umum. Sesungguhnya bisa juga untuk membangun brand masing-masing OPZ.

Secara sederhana muzaki akan merasa mudah menemukan OPZ pilihannya untuk berzakat dan dengan begitu, ia akan punya kesempatan untuk lebih dalam mengenal dan berkomunikasi dengan OPZ yang ia temukan. Dengan begitu, kemampuan OPZ akan bisa lebih dieksplorasi dan juga diyakini tingkat kepercayaannya.

Sekali lagi, zakat go digital bagi OPZ, bukan semata bertujuan meningkatkan penghimpunan saja, tetapi lebih dari itu adalah untuk kemudahan membangun hubungan dengan muzaki dan masyarakat secara luas.

Aspek digital ini juga akan semakin penting perannya di masa yang akan datang, karena ia akan menjadi sarana penting untuk menjaga pertumbuhan penghimpunan OPZ dari waktu ke waktu. Kekuatan brand OPZ di dunia digital akan menentukan kepercayaan muzaki yang terus tumbuh secara berkelanjutan.

Ketujuh, Miliki Kemampuan Transformasi

Transformasi ini penting bagi organisasi apapun yang ingin terus eksis dan bisa terus tumbuh hingga masa yang panjang. Dalam konteks marketing, Seth Godin dalam bukunya, Purple Cow, mengajarkan bahwa marketer tidak hanya membuat strategi marketing yang baik tapi juga membuat sesuatu yang baru dan luar biasa sehingga orang mencarinya.

Inilah kata kunci pentingnya sebuah organisasi bisa terus eksis, yakni terus dicari orang. Tentu saja orang mencarinya karena ada kebutuhan yang tak bisa tergantikan. Di sinilah tantangannya, semakin sebuah organisasi masuk ke dalam kerumunan, maka semakin ia mudah ditinggalkan dan yang paling menyedihkan, mudah untuk dilupakan.

Semakin penting, unik dan menjadi solusi yang tak tergantikan, maka sebuah organisasi akan hidup semakin panjang. Di dunia zakat terkini, boleh jadi kini ada ribuan lembaga zakat, mereka dengan mudah bisa dijumpai dimanapun di pelosok negeri ini.

Bahkan bila masyarakat ke mall atau ke masjid-masjid utama, para amil akan mudah pula dijumpai di sana. Pertanyaannnya, seberapa OPZ anda berbeda dari yang lain? Dan value apa yang menjadi keunikan atau kekhasan yang dimiliki?.

Di tengah tantangan lembaga zakat yang semakin tak mudah, kemampuan transformasi lembaga ini semakin penting kedudukannya. Karena transformasi sendiri adalah kemampuan beradaptasi terhadap perubahan jaman yang terjadi. Ia diperlukan bukan hanya untuk menjawab dan terus mendorong pertumbuhan organisasi, namun juga untuk berdiri tegak dalam memberi kemanfaatan bagi banyak orang. Inilah yang urgent dari transformasi ini, menjaga agar perusahaan atau organisasi bisa terus memastikan dampak positif dan kemanfaatannya bagi kehidupan, baik di hari ini maupun masa yang akan datang.

Tantangan transformasi digital di era Revolusi Industri ke-4 memang mengaburkan batasan antara dunia fisik, digital, dan biologis, namun ia tetap harus dilewati dan diberikan solusi agar justru tidak menghambat laju bisnis atau organisasi. Bagi OPZ, proses transformasi dari sistem tradisional ke arah digital sesungguhnya tak terlalu sulit dilakukan.

Yang diperlukan justru adalah bagaimana transformasi ini bisa tetap harmoni dan ada pada kendali yang memadai dalam relasi muzaki-amil-mustahik. Relasi yang ajeg ini, harus tetap dikelola dengan baik agar kesinambungan proses lembaga zakat terus bisa dipertahankan. Penyesuaian kelembagaan yang terus bergerak menuju lembaga yang berbasis TI dan Telco, tetap diselaraskan untuk bisa menjaga agar OPZ bisa terus survive dan meningkat kualitasnya. 

Menjawab Tantangan dengan Kemanfaatan

Bila kita baca ketujuh bagian marketing yang harus diketahui oleh pimpinan OPZ di atas tadi, lalu muncul dibenak kita, bagaimana kita menjaga OPZ kita agar terus mampu meningkat penghimpunannya sekaligus terus eksis menuju masa depan. Soal eksistensi bisnis yang panjang dan lestari ini bisa kita tengok modelnya pada perusahaan General Electric Company, atau GE. GE didirikan pada 1890 oleh Thomas Alva Edison, sang penemu bola lampu, dan sudah berusia lebih dari satu abad.

Sejak didirikan, perusahaan ini berkembang pesat dan menjadi perusahaan raksasa di Amerika Serikat. Dari yang awalnya hanya perusahaan listrik, GE kemudian memperluas segment pasarnya mulai dari perlatan rumah tangga, Lampu listrik, financial, mesin jet, pesawat sampai pembangunan pembangkit nuklir. GE terus tumbuh hingga hari ini dan terus bertransformasi bisnisnya menyesuaikan kondisi jaman. Ia juga terus melakukan transformasi digital model bisnisnya, termasuk terus menyesuaikan kemampuan bisnisnya untuk terus eksis dan menjawab kebutuhan teknologi yang diperlukan manusia.

Ternyata bila kita dalami dan telaah sejarah panjang GE, salah satu rahasia atau kunci penting menjaga eksistensi bisnis ternyata ada pada kemanfaatan. Value paling utama GE ini diwariskan secara baik oleh pendirinya, Thomas Alfa Edison. Ia dalam hidupnya selalu berfokus pada pemecahan masalah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Thomas Alfa Edison mengarahkan pula GE sebagai perusahannya untuk terus berfokus pada permasalahan-permasalahan riil yang diperlukan secara sistematis. Perusahaan ini tumbuh dengan terus mencari dan meneliti persoalan kehidupan dan berusaha menyelesaikannya.

Dari sini memang akan berimbas munculnya keuntungan perusahaan. Namun dengan fokus pada penciptaan teknologi sederhana sampai yang kompleks GE akhirnya tumbuh menjadi perusahaan besar di dunia dan terus tumbuh dan bisa menyesuaikan zaman dan tak dilindas pesaingnya.

Bagi lembaga zakat, kunci sukses GE kita malah sudah lebih tahu dulu, sayangnya pengamalannya yang belum serius kita lakukan. Hadits yang berbunyi: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad) — ini kan kita telah lama tahu dan malah kita hapalkan, namun karena sebatas hafalan, kita tak merasakan dahsyatnya ungkapan hadits ini. 

Kemanfaatan adalah kata kunci sukses marketing zakat. Esensi kemanfaatan pula yang akan mengantarkan sebuah bisnis atau organisasi melewati zaman demi zaman dan terus bisa tumbuh dan berkembang di tengah badai sekalipun.

Perusahaan GE bukan tanpa masalah dalam perjalanannya. Faktanya, akibat pertumbuhan yang pesat dan hampir tak terkendali, akhir tahun 1970-an, GE justru menjadi perusahaan raksasa yang gemuk dan sama sekali tidak efisien. Bisnisnya tidak fokus, birokrasinya besar dan bertingkat-tingkat, pengambilan keputusan dan pemecahan masalah juga lambat. GE ketika itu adalah perusahaan besar yang akan segera ketinggalan zaman dan dilindas pesaingnya.

Beruntunglah GE, pada 1981, ia menemukan pemimpin barunya yang akan membawa kembali GE ke jalan kesuksesannya lagi. Namanya Jack Welch, dan ia segera menciptakan sejarah di GE.

Jack Welch bukan hanya mengembalikan bisnis GE ke spirit semula untuk maju, namun ia membawa sebuah semangat kesederhanaan untuk sukses. Jack Welch mengajak memahani bisnis ini dalam perspektif yang simpel. Bisnis itu sederhana katanya, jadi jangan bisnis itu sesuatu yang rumit. Ia mengatakan: “Don’t make business harder than it is” (Jangan buat bisnis lebih sulit dari yang sebenarnya).

Jack Welch mendorong GE dan orang-orang di dalamnya untuk berpikir secara sederhana, untuk memandang mereka sebagai pelaku dia proses serupa: input dan output. Dan tidak memperumit bisnis lebih dari yang seharusnya. Inputnya sama, kata Welch. Input bisa berupa orang, energi, dan ruang fisik. Sementara output bisa bervariasi.

Kunci sukses Jack welch lainnya adalah ia mengkampanyekan bahwa pelayanan itu penting. Jack terus menerus berpikir dan berusaha menyempurnakan pelayanan.

Sebelum era Jack Welch, GE adalah salah satu perusahaan manufaktur, kampiun gaya lama. Welch membawa konsep layanan ke dalam perusahaan ini. Sekarang, GE adalah perusahaan jasa yang juga melakukan kegiatan manufaktur. Perusahaan ini adalah perusahaan keuangan, perusahaan informasi, sekaligus produsen perkakas rumah tangga.

Kualitas dan layanan melingkupi semua aktivitasnya. Dalam melakukan perbaikan dan peningkatan layanan pada konsumen-nya, Jack Welch juga menekankan pada semua karyawan GE bahwa “Lupakan Masalalu, Cintai Masa Depan”. Kampanye ini maksudnya, perusahaan GE ini merangkul hal-hal baru baik dalam bidang teknologi informasi atau internet.

Welch memimpin masa depan, ia tidak mempertentangkan masa depan. Dan, GE menciptakan masa depan. Untuk satu perusahaan yang punya sejarah luar biasa semacam GE, ternyata GE dibawah kepemimpinan Welch menyibukkan diri dengan masa depan.

Perusahaan GE bukan tanpa masalah dalam perjalanan-nya, namun ia dengan konsep “Belajar dan Memimpin” akhirnya tetap mampu bertahan dari generasi ke generasi. Para pemimpin datang dan pergi silih berganti, namun spiritnya ternyata bisa terus terjaga dan lestari.

Para pemimpin GE bertindak layaknya “pemimpin dictator korporat” yang dengan seluruh kewenangan yang dimilikinya membawa dan mengarahkan perusahaan melaju terus ke masa depan. Para pemimpinnya sekali punya komitmen untuk belajar, mentukan, dan bergerak maju.

Bila pun ada keputusan yang salah, maka hal ini menjadi kesempatan bagi mereka untuk mengakui dan memperbaikinya. Budaya di GE, belajar dari kesalahan lebih penting dari pada menikmati kesuksesan.

Bagi OPZ, seluruh upaya dalam berkomunikasi dan memasarkan program-program yang dimiliki, ternyata bagi kuncinya untuk bisa terus langgeng adalah soal kemanfaatan. Bila hal ini telah menjadi bagian integral lembaga pengelola zakat, maka tak perlu khawatir mencari-cari model marketing apa yang cocok bagi OPZ masing-masing.

Yang justru kita harus jawab adalah bagaimana setiap OPZ terus setia dengan ideologi pelayanan-nya yang berfokus pada mustahik agar bisa hidup lebik baik dan berkualitas. Insya Allah, muzaki akan mengikuti kesungguhan kita. Ia akan berani mensupport kita bila ia semua yakin kita melakukan kebaikan di hadapan mereka tanpa pamrih.

Jangan pernah khawatirkan urusan masa depan kita kalau kita hari ini ber-azzam kuat untuk tetap menjadi bagian solusi atas kemudahan hidup dan kesulitan para mustahik dan orang-orang dhuafa di sekitar kita. Yakinkah janji Allah itu pasti, dan kontan dibalasnya, bukan hanya nanti di akhirat, bisa jadi balasan kebaikan dan dampak kemudahannya akan pula kita terima bersama-sama di dunia. Aamiin.

“Barang siapa yang memudah kesulitan seorang mu’min dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, Allah akan memudahkan kesulitan-kesulitannya pada hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang dalam kesulitan niscaya akan Allah memudahkan baginya di dunia dan akhirat” (HR. Muslim).

#Ditulis menjelang di sudut Condet, Menjelang fajar Selasa, 25 Juni 2019.

Leave your thought here

Your email address will not be published. Required fields are marked *

%d bloggers like this: